Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.
Secara Etimologi arti futur adalah : diam setelah giat dan lemah setelah semangat. Ketika membahas kisah Zainab radhiallaahu 'anha. Yang meletakkan seutas tali untuk dapat digunakan sebagai tempat bergantung jika datang masa futurnya. Ibnu Hajar mengungkapkan arti futur dalam kalimat tersebut adalah : Rasa malas untuk berdiri melaksanakan shalat. Menurut Ibnu Al-Atsir, pengertian futur dalam hal ini adalah semua keadaan diam, menyedikitnya porsi beribadah dan mengurangnya semangat.
Secara Terminologis futur adalah sebuah kendala yang menimpa para aktivis dakwah. Efek terburuknya berupa, inqitha' (terputusnya aktivitas) setelah istimrar (kontinu) dilaksanakan. Sedangkan efek minimalnya adalah timbulnya sikap acuh, berkembangnya rasa malas, berlambat-lambat dan santai, dimana sikap tersebut datang setelah sikap giat bergerak.
Fenomena futur sebenarnya masalah yang pasti hadir tanpa ada seorangpun yang dapat mengelak darinya. Sebagaimana tersirat dalam hadist Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr bin Ash radhiallaahu 'anhu :
”Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, sebelum ini ia rajin bangun pada malam hari (shalat tahajud), namun kemudian ia tinggalkan sama sekali.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam pernah bersabda pada riwayat dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallaahu 'anhu:
”Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka dia telah beruntung. Namun barangsiapa yang beralih kepada selain itu, berarti ia telah celaka.” (Musnad Imam Ahmad)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, ”Saat-saat futur bagi seseorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang masa futurnya lebih membawa ke arah muraqabah (pengawasan oleh Allah) dan pembenahan langkah, selama ia tidak keluar dari amal-amal fardhu dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah, diharapkan ketika pulih ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun sebenarnya, aktivitas ibadahnya yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang hamba tanpa terputus.” (Madaarijus Salikin)
Fenomena FUTUR
Follow My Instagram
Rabu, April 15, 2009
Terapi Penyakit FUTUR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar