Follow My Instagram

Kamis, Juni 11, 2009

Anda Pun Bisa Kreatif

Merasa diri tidak kreatif, bisa mengakibatkan seseorang benar-benar tidak kreatif.
Padahal, setiap orang bisa kreatif, asal tahu kuncinya. Apakah Anda kreatif?
Mungkin Anda dengan cepat akan menjawab,"Tidak" Atau, setidaknya Anda dengan ragu menjwab, "Ya" sebab Anda merasa diri Anda tidaklah sebesar Kartika Affandi, Mira W. atau Christine Hakim.
Selama ini kita menganggap kreativitas itu hanya milik para jenius di bidang seni. Kita merasa diri kita tidak kreatif karena tidak menghasilkan suatu karya yang patut dikagumi banyak orang. Atau kita mengira kreativitas hanya dihasilkan oleh nama-nama besar yang memang punya bakat dan kecerdasan tertentu. Kadang-kadang malah kita menganggap bahwa hanya orang-orang eksentrik yang senang begadang, berpenampilan kumal, mungkin jarang mandi, dan yang lelaki berambut gondrong yang bisa berkreasi.
Padahal, kita semua ini (yang tak punya bakat hebat serta hidup normal-normal saja), adalah manusia kreatif juga. Contoh sederhana, bukankah keinginan untuk menjadikan hidangan yang lain dari pada biasa, kreativitas juga? Memang, dengan melakukan hal itu nama Anda tidak akan masuk dalam ensiklopedi, atau diundang menjadi presenter acara masak di televisi, tetapi setidaknya Anda telah melakukan sesuatu yang berbeda dari yang rutin
Pentingnya kreativitas
"Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu, untuk mewujudkan impian dan mencoba hal-hal baru," kata Ami S. Budiman, psikolog yang menjadi direktur pada PT Sarlito Binapersona."Setiap orang pada dasarnya lahir dengan potensi untuk kreatif, tetapi banyak yang tidak memanfaatkan potensi ini dengan baik. Padahal, bila kita semakin kreatif, bisa dipastikan bahwa kita akan semakin bergairah. Kesempatan untuk berkreasi memacu seseorang untuk berani tampil dan mandiri mencari solusi," lanjutnya Bahkan, menurut penelitian rata-rata manusia hanya menggunakan kurang dari 0,1 % dari potensi kreatifnya.
Potensi kreatif itu sampai tak terasah, karena kebanyakan kita menjalani hari-hari dengan modus rutin, bukan modus kreatif, "kata Jansen Sinamo, Direktur Jasa Konsultasi Manajemen Mahardhika. Mereka yang bekerja, datang ke kantor hanya untuk memenuhi target kerja, atau bahkan target waktu. Yang di rumah menyelesaikan tugas rumah tangga hanya karena memang ada tugas x, y, z.
Jansen menambahkan, orang yang tak menggunakan kreativitasnya mudah tergerogoti secara emosional. Dia akan cepat jenuh karena tak ada kenikmatan.
Cobalah ingat apa yang terjadi bila pembantu Anda pulang kampung. Anda merasa seperti mesin yang tak pernah berhenti bekerja. Mencuci piring bisa sepuluh kali sehari, menyapu dan mengelap lantai entah berapa kali karena si kecil menumpahkan susu dan makanannya. Menjelang tidur, Anda sudah kehilangan daya. Anda sebal dengan hari yang sudah lewat, dan benci menghadapi hari esok! Kalau keadaannya begitu, bagaimana bisa nikmat?
"Takut, ah!"
Syarat lain dalam berkreasi adalah jangan takut salah. "Jadikan kesalahan sebagai informasi penting untuk dicoba lagi,"kata Daniel Golemen, penulis buku The Creative Spirit. Banyak orang takut berbuat salah, karena tak ingin ditertawakan dan direndahkan. Padahal, kalau kita tidak mencoba, dan tidak melakukan kesalahan, kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru dan inovatif. Jangan salah, seniman-seniman besar itu lebih banyak melakukan kesalahan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak imajinatif. Rahasianya, mereka membiarkan semua ide mengalir bagai air.
Yang juga penting adalah rasa humor. "Dengan rasa humor, Anda akan merasa lebih terbuka menerima segala kemungkinan. Rasa humor ini juga bisa mengikis rasa takut dan malu yang bisa menghambat kreativitas," lanjut Golemen lagi.
Jansen Silamo mengatakan bahwa ada kebiasan-kebiasan manusia kreatif yang patut ditiru. "Mereka tak puas dengan satu jawaban, tak begitu saja patuh pada peraturan, dan menikmati naik-turunnya ritme kehidupan, berani berpikir beda, dan terbuka terhadap gagasan baru, "ujarnya.
Faktor lain adalah seringnya kita kehilangan waktu santai. Nyaris seluruh waktu tersita untuk masalah-masalah rutin. Coba ingat ingat, pernahkan Anda mengalami kejadian ini? Anda sedang jogging di suatu pagi, tiba-tiba, 'klik' tiba-tiba muncul suatu ide untuk pemecahan masalah yang sudah berhari-hari menggumpal di kepala Anda. Ini membuat Anda heran, kenapa tidak dari kemarin ide itu datang.
Menurut Daniel Golemen, pada saat seperti itu Anda sedang dalam kontak dengan rub kreatif (creative spirit). Nah, kalau rub itu sudah datang, segalanya menjadi mudah. Keinginan untuk mencipta, menyelidiki, dan mewujudkan suatu impian sudah berada di tangan.
Namun creative spirit ini tidak begitu saja datang. Pertama pikiran Anda harus difokuskan pada suatu masalah terlebih dahulu, menghimpun semua informasi yang relevan. Ini, menurut Golemen, adalah tahap persiapan. Menjalani tahap ini tidaklah semudah yang diperkirakan. 'Badan sensor' dalam diri Anda bisa terns mengganggu, misalnya dengan kekhawatiran-kekhawatiran: "Aduh, aku tidak mau cara ini, nanti aku dikira bodoh," atau, "Ah, cara begitu pasti tidak akan berhasil.
"Namun, kalau Anda berhasil mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, dan rasio Anda lebih berbicara, Anda dapat menepis keragu-raguan itu.
Ini adalah tahap inkubasi."Kita lebih siap menerima masukan dalam keadaan santai. Suasana seperti itu sangat penting karena sering menghasilkan suatu kreativitas. Entah ketika sedang mandi, perjalanan jauh, atau jalan-jalan pagi,"jelas Goleman.
Sebagai contoh, video game yang membuat jutaan anak kecil terpana itu, diciptakan Nolan Bushnell, bos Atari, ketika sedang santai menggambar di pantai.
Kemudian datanglah tahap penting, yang sering datang tanpa diundang, misalnya saat Anda sedang jogging seperti yang diceritakan di atas.Tahap ini membuat Anda berteriak,"Aha, ini dia!" Inilah ide kreativitas yang ditunggu-tunggu!
Golemen menekankan bahwa saat santai itu penting dalam kreativitas. Tetapi untuk orang-orang tertentu, dalam keadaan mendesak justru mereka jadi 'brilian' "Memang, ada ungkapan yang mengatakan, 'Necessity is the mother of invention. (Kreativitas itu muncul karena memang dibutuhkan)'. Tetapi kalau keadaan sudah sangat mendesak tentu hasilnya tidak akan optimal. Kita jadi kurang teliti dan tidak bisa mengembangkan lebih jauh lagi," kata Jansen.
Anda pun Bisa !
Robert Epstein, Ph.D., seorang psikiater dari Amerika, mengatakan bahwa kita sering tak mengindahkan ketika ada sesuatu ide datang. Padahal orang-orang kreatif langsung menangkap ide yang muncul tiba-tiba itu. "Mereka tahu persis cara menangkap ide," katanya.
Otto Loewi, seorang ahli biologi sel, pernah mendapat ide baru di saat dia sedang tidur. Dia langsung mencatat ide itu dalam keadaan mengantuk. Keesokan paginya, ternyata tulisannya tak terbaca dan dia tak ingat ide apa yang muncul. Malam berikutnya dia mimpi lagi. Kali ini, begitu bangun dia langsung menyambar jas lab dan lari ke laboratoriumnya. Hasilnya: dia mendapat Nobel untuk temuannya itu.
Epstein mengungkapkan bahwa orang-orang kreatif itu selalu memakai berbagai cara untuk mengembangkan kreativitas mereka. Pelukis membawa kertas sketsa ke mana-mana, penulis dan pembuat iklan membawa notes kecil. Bahkan dalam keadaan darurat, catatan dan sketsa itu bisa dibuat di atas kertas tisu, bungkus cokelat, atau kertas apa saja yang ada di depan mata. Dengan nada humor Epstein mengatakan bahwa kreativitas itu bisa dilakukan di 3B: bed, bath, bus!
Yang perlu disadari, kata Jansen, kreativitas itu tak bisa melewati batas ketinggian ilmu kita. Jadi jangan memasang target terlalu tinggi. Misalnya saja, kreativitas Einstein tentu berbeda dengan kreativitas seorang guru fisika di SMU. Begitu pula, segetol apa pun kita belajar karaoke, suara kita tak akan menyamai Whitney Houston.
Tetapi bukan itu yang penting, bukan? Howard Gardner, ahli psikologi perkembangan dari Harvard mengatakan, kepuasan yang didapat dengan melakukan suatu hal yang kreatif, sama besarnya dengan mereka yang menciptakan hal-hal besar. Kita mengasah diri kita bukan untuk menyamai mereka, tetapi untuk menghasilkan kepuasan yang sama seperti yang mereka rasakan.
Yang paling penting adalah kata Jansen,"Jangan mengatakan, 'Saya bukan orang kreatif' Sebab, tindakan Anda pun akan mengarah ke sana (self-fulfilling prophecy)."
Mulai sekarang lebih baik katakan pada diri Anda, "Saya juga bisa kreatif!"
Kreativitas di Tempat Kerja
Kreativitas karyawan merupakan aset penting bagi perusahaan. "Karyawan yang rnerasa kreativitasnya diakui, akan bekerja dengan penuh kegembiraan hingga produktivitasnya akan tinggi. Di samping itu, efisiensi bisa ditingkatkan, karena karyawan yang kreatif tentu akan berupaya mengunakan sumber-sumber yang ada secara optimal. Biaya pemeliharaan kesehatan pun akan menurun,' kata Jansen Sinamo.
Suasana gembira itu perlu diciptakan. Misalnya' dalam rapat tak boleh ada ide yang diangap aneh. Setiap orang boleh mengeluarkan ide apa pun.Tidak sedikit di antara ide-ide itu yang dapat dikembangkan menjadi solusi inovatif. Ada penelitian yarng mengatakan bahwa kelompok yang lebih banyak tertawa, biasanya lebih produktif dan kreatif dibanding kelompok yang serius.
Menurrut Jalisen, perlu diciptakan iklim yang demanding (tuntutan berstandar tinggi) agar kreativitas bisa meningkat,"Jadi setiap orang berusaha melakukan yang terbaik, "ujarnya. "Setelah ada harapan dan apresiasi, karyawan akan bersemangat bila mereka merasa diharapkan, lalu diberi tanggapan," lanjut Jansen~ "Jadi yang atas menetapkan standar, dan yang bawah mendukung. Pada dasarnya anak buah itu senang kok rnembuat senang atasannya. Namun, tentu saja atasan yang prestasi kerja dan moralnya patut dihormati." Kreativitas tiap orang berbeda-beda, tergantung pengaruh lingkungan kerja' keyakinan yang dia tanam pada diri sendiri, dan intelektualnya. Menurut Jansen, bila orang itu tidak mau mengembangkan intelektualnya, dia tidak bisa mengembangkan kreativitasnya lagi "Susahnya, karena frustrasi orang-orang seperti ini menjadi negaholics (memandang segala sesuatu secara negatif). Yang lebih berbahaya, dia menyebarkan penyakitnya 'pada orang lain."
Ide dari Jalan
Baby Nainggolan, desainer dan pemilik usaha barang daur ulang bermerek Rafael punya cara khusus untuk mendapathan ide. "Saya selalu ingin tabu dan mengamati banyak hal hingga detail. Misalnya, bila dijalan saya menemukan ranting, daun, barang bekas, besek; atau menyaksikan pameran alat tulis kantor, saya amati bentuk dan teksturnya dengan teliti. Hasilnya saya rekam di dalam kepala. Kadang-kadang saya mencatat di telapak tangan dulu sebelum disalin di rumah,' katanya. Dengan demikian, ia mempunyai dokamentasi ide. Misalnya, ide untuk membuat potpourri berwadahkan besek, berhiaskan kulit jagung, atau beberapa kelompok perangkat alat tulis kantor.
"Dalam mendesain, saya selalu mempunyai alternatif. Misalnya, ternyata kulit jagung tidak tersedia lagi di mana-mana, saya cari bahan pengganti dari lulup (sejenis kulit pohon) atau kertas yang direkayasa mirip kerutan kulit jagung,'katanya. Ini membuatnya lebih efisien dalam pemakaian bahan dan alokasi waktu. Nilai jual barang juga tak berkurang. 'Kalau persiapan matang, saya yakin pembeli selalu ada dan pasar selalu terbuka,'katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar